1. Pengertian
A
|
l-A'la adalah surah urutan ke-87 dalam mushaf Al-Qur'an, terdiri dari 19 ayat, termasuk
golongan surat-surat Makiyyah, dan diturunkan sesudah surah At-Takwir.
Nama Al-A'la diambil dari kata "Al A'laa" yang terdapat pada
ayat pertama yang berarti "Yang Paling Tinggi". Kumpulan surah-surah
ini dikenal dengan nama Al-A'la, ada juga yang menamainya surah Sabbihisma
Rabbikal A'la atau mempersingkat dengan menamakannya surat Sabbih
atau Sabbihisma. Muslim meriwayatkan dalam kitab Al-Jumu'ah,
dan diriwayatkan pula oleh Ash-habus Sunan, dari Nu'man ibnu Basyir
bahwa Rasulullah saw. pada shalat dua hari raya
(Idul Fitri dan Idul Adha) dan shalat Jum'at membaca suara Al A'la pada rakaat
pertama dan surat Al-Ghasiyah pada raka'at kedua. Dalam riwayat lain
dikatakan, surat ini merupakan surat yang paling disukai (paling sering dibaca)
oleh Nabi saw. dalam rakaat pertama shalat Jum'at, shalat Ied, shalat Witir, dan sesekali beliau
membacanya dalam rakaat pertama shalat Magrib.
2.
Asal Kata
Kata
(سَبِحْ) sabbih adalah bentuk perintah dari kata (ٍسَبَحَ) sabbaha
yang terambil dari kata (سَبَحَ) sabaha yang berarti menjauh.
Seorang yang berenang dilukiskan dengan kata tersebut karena pada
hakekatnya dengan berenang ia menjauh dari posisinya semula. "Bertasbih"
dalam pengertian agama berarti "Menjauhkan Allah dari segala sifat
kekurangan, kejelekan, bahkan dari segala sifat kesempurnaan yang terbayang
dalam benak." Dengan mengucapkan Subhana Allah, si pengucap
mengakui bahwa tidak ada sirat atau perbuatan Allah yang kurang sempurna atau
tercela, tidak ada ketetapanNya yang tidak adil, baik terhadap orang/makhluk
lain maupun terhadap si pengucap. Kata (اِسْمُ) ism/nama dipahami oleh
sementara ulama sebagai sisipan yang berfungsi menguatkan perintah bertasbih,
dan dengan demikian ia tidak harus diterjemahkan, cukup dipahami bahwa ia
menekankan pentingnya perintah bertasbih.
3. Asbaabun Nuzul (Sebab-Sebab
Turunnya)
Imam
Thabrani telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Ibnu Abbas r.a. yang telah menceritakan
bahwa Nabi SAW. apabila kedatangan Malaikat Jibril membawa wahyu, maka sebelum
Malaikat Jibril selesai memyampaikan wahyuNya Nabi saw. telah mulai membacanya
dari awal karena khawatir lupa, maka Allah menurunkan firmanNya: "Kami
akan membacakan [Al Qur’an] kepadamu [Muhammad] maka kamu tidak akan
lupa," (Q.S. Al-A'la: 6).Di dalam sanad hadits ini terdapat Juwaibir yang
dikenal sebagai perawi yang amat dhaif atau lemah.
4.
Pokok-Pokok Isinya
1.Perintah
Allah untuk bertasbih dengan menyebut nama-Nya.
2.Nabi Muhammad saw. sekali-kali tidak lupa pada ayat-ayat yang dibacakan kepadanya.
3.Jalan-jalan yang menjadikan orang sukses hidup di dunia dan akhirat.
4.Allah menciptakan, menyempurnakan ciptaan-Nya menentukan kadar-kadar, memberi petunjuk dan melengkapi keperluan-keperluannya sehingga tercapai tujuannya.
2.Nabi Muhammad saw. sekali-kali tidak lupa pada ayat-ayat yang dibacakan kepadanya.
3.Jalan-jalan yang menjadikan orang sukses hidup di dunia dan akhirat.
4.Allah menciptakan, menyempurnakan ciptaan-Nya menentukan kadar-kadar, memberi petunjuk dan melengkapi keperluan-keperluannya sehingga tercapai tujuannya.
5. Tafsir Surat Al- A’la
تَفْسِيرُ سُورَةِ سَبِّحْ
(Yang Paling Tinggi)
Makkiyah, 19 ayat
turun sesudah Surat At-Takwir
Surat Al-A'la ini
adalah surat Makkiyyah, dalil yang menunjukkan kepada hal ini ialah apa yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Abdan, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Syu'bah, dari Abu Ishaq, dari
Al-Barra Ibnu Azib yang mengatakan bahwa di antara sahabatNabi Saw. yang
mula-mula datang kepada kami (di Madinah) ialah Mus'ab ibnu Umair dan Ibnu Ummi
Maktum. Lalu keduanya membacakan (mengajarkan) kepada kami Al-Qur'an. Kemudian
datang pula Ammar, Bilal, dan Sa'd, kemudian menyusul Umar ibnul Khattab
bersama dua puluh orang Muhajirin, lalu datanglah Nabi Saw. (bersama Abu
Bakar). Aku belum pernah melihat penduduk Madinah merasa gembira ria dengan
sesuatu hal segembira ketika kedatangan Nabi Saw. Sehingga aku melihat
anak-anak perempuan dan anak-anak laki-laki mengatakan, "Inilah Rasulullah
Saw. telah datang kepada kita!" Dan begitu beliau Saw. tiba, maka aku
belajar surat Sabbihisma Rabbikal A'la dan beberapa surat lainnya
yang semisal panjangnya. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Waki', telah menceritakan kepada kami Israil, dari Suwayyir ibnu Abu Fakhitah,
dari ayahnya, dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. menyukai
surat ini, yaitu:
”Sucikanlah nama
Tuhanmu Yang Mahatinggi”. (Al-A'la: 1), hingga akhir surat.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid. Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada sahabat Mu'az:
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid. Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada sahabat Mu'az:
"هَلَّا صَلّيت بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى، وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا، وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى"
“Mengapa tidak baca saja dalam
salatmu Sabbihisma Rabbikal Ala (surat Al-A'la) dan Wasy Syamsi Wadhuhaha
(surat Asy-Syams) dan Wal Laili Iza Yagsya (surat Al-Lail)?
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibrahim ibnu Muhammad ibnul Muntasyir,
dari ayahnya, dari Habib ibnu Salim, dari ayahnya, dari An-Nu'man ibnu Basyir,
bahwa Rasulullah Saw. dalam salat dua hari rayanya membaca surat Al-A'la dan
surat Al-Ghasyiyah; dan jika hari raya bertepatan dengan hari Jumat, maka
beliau membaca keduanya dalam kedua salatnya itu. Demikianlah yang tertera di
dalam kitab Musnad Imam Ahmad, yakni dengan sanad seperti yang tersebut di
atas. Imam Muslim telah meriwayatkannya di dalam kitab sahihnya, juga Abu Daud,
Imam Turmuzi, dan Imam Nasai melalui hadis Abu Uwwanah, Jarir, dan Syu'bah,
ketiganya dari Muhammad ibnul Muntasyir, dari ayahnya, dari Habib ibnu Salim,
dari An-Nu'man ibnu Basyir dengan sanad yang sama.
Imam Turmuzi mengatakan bahwa
demikian pula yang diriwayatkan oleh As-Sauri dan Mis'ar, dari Ibrahim. Imam
Turmuzi mengatakan bahwa Sufyan ibnu Uyaynah telah meriwayatkan hadis ini dari
Ibrahim, dari ayahnya, dari Habib ibnu Salim, dari ayahnya, dari An-Nu'man,
tetapi belum pernah diketahui bahwa Habib mengambil riwayat hadis dari ayahnya.
Ibnu Majah telah meriwayatkannya dari Muhammad ibnus Sabah, dari Sufyan ibnu
Uyaynah, dari Ibrahim ibnul Muntasyir, dari ayahnya, dari Habib ibnu Salim,
dari An-Nu'man dengan sanad yang sama, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh
Jamaah; maka hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Menurut lafaz yang ada pada
Imam Muslim dan para pemilik kitab-kitab sunnah, Rasulullah Saw. dalam salat
dua hari raya dan salat Jumatnya membaca Al-Ala dan Al-Ghasyiyah; dan ada
kalanya keduanya bertepatan jatuh dalam hari yang sama, maka beliau membaca
keduanya (dalam kedua salat itu, yakni salat hari raya dan salat Jumat). Imam
Ahmad telah meriwayatkan di dalam kitab musnadnya melalui hadis Ubay ibnu Ka'b
dan Abdullah ibnu Abbas, dan Abdur Rahman ibnu Abza dan Siti Aisyah Ummul
Mu’minin, bahwa Rasulullah Saw. dalam salat witirnya acapkali membaca surat
Al-A’la dan surat Al-Kafirun, dan surat Al-Ikhlas. Siti Aisyah r.a. menambahkan
'dan surat Mu'awwizatain (Al-Falaq dan An-Nas)'.
Hal yang sama telah diriwayatkan
hadis ini melalui jalur Jabir, Abu Umamah alias Sada ibnu Ajlan, Abdullah ibnu
Mas'ud, Imran ibnu Husain, dan Ali ibnu Abu Talib r.a. Sekiranya tidak takut
akan memperpanjang pembahasan, tentulah kami akan mengemukakan sanad-sanadnya
dan juga matan-matan hadis yang berkaitan dengan hal ini. Tetapi dengan
mengemukakan hal tersebut secara ringkas, sudah cukup untuk dijadikan sebagai
pemandu; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang.
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى (1)
الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى (2)
وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى (3)
وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَى (4)
فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَى (5)
سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَى (6) إِلَّا
مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى (7)
وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى (8)
فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى (9)
سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى (10) وَيَتَجَنَّبُهَا
الْأَشْقَى (11)
الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى (12) ثُمَّ
لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَى (13)
“Sucikanlah nama Tuhanmu Yang
Mahatinggi, yang menciptakan, dan yang menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan
yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, dan yang
menumbuhkan rumput-rumputan, lain dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering
kehitam-hitaman. Kami akan membacakan (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad), maka
kamu tidak akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia
mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. Dan Kami akan memberi kamu taufik
kepada jalan yang mudah, oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan
itu bermanfaat, orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran,
orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan
memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak
(pula) hidup.”
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا مُوسَى-يَعْنِي ابْنَ أَيُّوبَ الْغَافِقِيَّ-حَدَّثَنَا عَمِّي إِيَاسُ بْنُ عَامِرٍ، سَمِعْتُ عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ الْجُهَنِيَّ لَمَّا نَزَلَتْ: {فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ} [الْوَاقِعَةِ:74، 96] قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اجْعَلُوهَا فِي رُكُوعِكُمْ". فَلَمَّا نَزَلَتْ: {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى} قَالَ: "اجْعَلُوهَا فِي سُجُودِكُمْ"
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Musa
ibnu Ayyub Al-Gafiqi, telah menceritakan kepada kami pamanku Iyas ibnu Amir; ia
pernah mendengar Uqbah ibnu Amir Al-Juhani mengatakan bahwa ketika ayat ini
diturunkan, yaitu firman-Nya: Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang Mahabesar.(Al-Haqqah: 52; Al-Waqiah 74, 96) Maka Rasulullah Saw.
bersabda kepada kami: Jadikanlah bacaan ayat ini dalam rukuk
kalian! Dan ketika turun firman-Nya: “Sucikanlah nama Tuhanmu
Yang Mahatinggi”. (Al-A'la: 1) Maka beliau Saw. bersabda kepada kami: “Jadikanlah
bacaan ayat ini dalam sujud kalian!”
Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah
meriwayatkannya melalui hadis Ibnul Mubarak, dari Musa ibnu Ayyub dengan sanad
yang sama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ مُسْلِمٍ البَطين، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا قَرَأَ: {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى} قَالَ:
"سُبْحَانَ رَبِّي الْأَعْلَى".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu
Ishaq, dari Muslim Al-Batin, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa
Rasulullah Saw. apabila membaca firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang
Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka beliau Saw. mengucapkan: “Mahasuci
Tuhanku Yang Mahatinggi”. Demikianlah menurut riwayat Imam Ahmad, dan Imam
Abu Daud meriwayatkannya dari Zuhair ibnu Harb, dari Waki' dengan sanad yang
sama. Abu Daud mengatakan bahwa nama Waki' masih diperselisihkan, karena dalam
riwayat lain disebutkan Abu Waki' dan Syu'bah, dari Abu Ishaq, dari Sa'id, dari
Ibnu Abbas secara mauquf.
As-Sauri telah meriwayatkan dari
As-Saddi, dari Abdu Khair yang mengatakan bahwa aku pernah mendengar Ali
membaca firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la:
1) Lalu ia mengucapkan, "Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi."
Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Hakam,
dari Anbasah, dari Abu Ishaq Al-Hamdani, bahwa Ibnu Abbas apabila membaca
firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la:
1) Maka ia mengucapkan, "Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi." Dan
apabila membaca firman-Nya: Aku bersumpah dengan hari kiamat.
(Al-Qiyamah: 1) dan bacaannya sampai pada ayat terakhirnya, yaitu firman Allah
Swt: Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan
orang mati? (Al-Qiyamah: 40) Maka ia mengucapkan, "Mahasuci
Engkau, dan tidaklah demikian (sebenarnya Engkau berkuasa untuk
itu)." Qatadah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Sucikanlah
nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Diceritakan kepada kami
bahwa Nabi Saw. apabila membaca ayat ini, maka beliau mengucapkan,
"Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi."
Firman Allah Swt.:
Firman Allah Swt.:
الَّذِي
خَلَقَ فَسَوَّى
“yang menciptakan dan menyempurnakan(ciptaan-Nya)”. (Al-A'la: 2)
Yakni Dia telah menciptakan makhluk
dan menyempurnakan setiap makhluk-Nya dalam bentuk yang paling baik. Firman
Allah Swt.:
وَالَّذِي
قَدَّرَ فَهَدَى
“dan yang menentukan kadar
(masing-masing) dan memberi petunjuk”. (Al-A'la: 3)
Mujahid mengatakan bahwa makna yang
dimaksud ialah yang memberi petunjuk kepada manusia untuk celaka dan untuk
bahagia, dan memberi petunjuk kepada hewan ternak untuk memakan makanannya di
padang-padang tempat penggembalaannya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan
oleh Allah Swt. dalam kisah Musa a.s. yang berkata kepada Fir'aun:
رَبُّنَا
الَّذِي أَعْطى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدى
“Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah
memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya
petunjuk”. (Thaha:
50)
Allah Swt. telah menentukan kadar
bagi makhluk-Nya dan memberi mereka petunjuk kepada takdirnya. Sebagaimana pula
yang disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim dari Abdullah ibnu Amr, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ اللَّهَ قَدَّر مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ، وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ"
“Sesungguhnya Allah telah menentukan
kadar-kadar bagi semua makhluk-Nya sebelum Dia menciptakan langit dan bumi
dalam jangka waktu lima puluh ribu tahun, dan adalah 'Arasy-Nya masih berada di
atas air.”
Firman Allah Swt.:
وَالَّذِي
أَخْرَجَ الْمَرْعَى
“dan yang menumbuhkan rumput-rumputan”. (Al-A'la: 4)
Yakni semua jenis tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman.
فَجَعَلَهُ
غُثَاءً أَحْوَى
”lalu dijadikan-Nya rumput-rumput
itu kering kehitam-hitaman”. (Al-A'la: 5)
Menurut Ibnu Abbas, artinya kering
dan berubah warnanya; dan hal yang semisal telah diriwayatkan dari Mujahid,
Qatadah, dan Ibnu Zaid. Ibnu Jarir mengatakan bahwa sebagian orang yang
ahli dalam bahasa Arab (ulama Nahwu) mengatakan bahwa dalam kalimat ini
terkandung taqdim dan takhir dan bahwa makna
yang dimaksudnya ialah bahwa Tuhan Yang telah menumbuhkan rumput-rumputan,
kemudian tampak hijau segar, lalu berubah menjadi layu berwarna
kehitam-hitaman, sesudah itu menjadi kering kerontang. Kemudian Ibnu Jarir
memberi komentar, bahwa sekalipun pendapat ini termasuk salah satu dari takwil
makna ayat, tetapi tidak benar mengingat pendapat ini bertentangan dengan
pendapat-pendapat ulama ahli takwil. Firman Allah Swt.:
سَنُقْرِئُكَ فَلا
تَنْسَىm.
إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ
“kecuali kalau Allah
menghendaki”. (Al-A'la: 7)
Demikianlah menurut
pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Qatadah mengatakan bahwa adalah
Rasulullah Saw. tidak pernah melupakan sesuatu kecuali apa yang dikehendaki
oleh Allah.
Menurut pendapat lain, yang dimaksud
dengan firman:Nya: maka kamu tidak akan lupa. (Al-A'la: 6) Ini
mengandung makna talab; dan mereka menjadikan makna istisna berdasarkan
pengertian ini ialah apa yang dijadikan subjek oleh nasakh. Dengan kata lain,
dapat disebutkan bahwa kamu tidak akan melupakan apa yang telah Kubacakan
kepadamu kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah untuk dilupakan, maka
janganlah kamu membiarkannya.
Firman Allah Swt.:
Firman Allah Swt.:
إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى
“Sesungguhnya Dia mengetahui
yang terang dan yang tersembunyi”. (Al-A'la: 7)
Allah mengetahui apa yang dilakukan
oleh hamba-hamba-Nya secara terang-terangan dan juga apa yang mereka
sembunyikan dari ucapan dan perbuatan mereka. Tiada sesuatu pun yang
tersembunyi bagi-Nya. Firman Allah Swt:
وَنُيَسِّرُكَ
لِلْيُسْرَى
“Dan Kami akan memberi
kamu taufik kepada jalan yang mudah”. (Al-A'la: 8)
Artinya, Kami akan
memudahkan kamu untuk mengerjakan perbuatan dan ucapan yang baik, dan Kami akan
mensyariatkan kepadamu suatu hukum yang mudah, penuh toleransi, lurus, lagi
adil, tidak ada kebengkokan padanya dan tidak ada beban dan tidak pula
kesulitan. Firman Allah Swt.:
فَذَكِّرْ
إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى
“oleh sebab itu
berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat”. (Al-A'la: 9)
Yakni berikanlah peringatan
bilamana peringatan itu bermanfaat. Maka dari sini disimpulkan etika dalam
menyebarkan ilmu, yaitu hendaknya tidak diberikan bukan kepada ahlinya (tidak
berminat kepadanya), sebagaimana yang dikatakan oleh Amirul Mu’minin Ali r.a.,
"Tidak sekali-kali engkau menceritakan suatu hadis kepada suatu kaum yang
akal mereka masih belum dapat mencernanya, melainkan hal itu akan menjadi
fitnah bagi kalangan sebagian dari mereka." Ali r.a. telah berkata pula,
"Berbicaralah kepada orang-orang lain sesuai dengan jangkauan pengetahuan
mereka, maukah kamu bila Allah dan Rasul-Nya didustakan." Firman Allah
Swt.:
سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى
“orang yang takut
(kepada Allah) akan mendapat pelajaran”. (Al-A'la: 10)
Yaitu yang mau
menerima sebagai pelajaran dari apa yang engkau sampaikan, hai Muhammad, adalah
orang yang hatinya takut kepada Allah dan meyakini bahwa dia pasti akan
menghadap dan berdua dengan-Nya.
وَيَتَجَنَّبُهَا الأشْقَى الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى
ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلا يَحْيَا
“orang-orang yang celaka (kafir)
akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka).
Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup”. (Al-A'la: 11-13)
Yakni tidak dapat mati
sehingga ia terhenti dari siksaannya, dan tidak pula hidup dengan kehidupan
yang memberi manfaat baginya. Bahkan kehidupannya itu merupakan penderitaan dan
mudarat baginya, karena dengan kehidupannya yang kekal ia selalu menderita
pedihnya siksaan dan berbagai macam pembalasan yang ditimpakan kepadanya secara
abadi dan kekal.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ سُلَيْمَانَ-يَعْنِي التَّيْمِيُّ-عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا لَا يَمُوتُونَ وَلَا يَحْيَوْنَ، وَأَمَّا أُنَاسٌ يُرِيدُ اللَّهُ بِهِمُ الرَّحْمَةَ فَيُمِيتُهُمْ فِي النَّارِ فَيَدْخُلُ عَلَيْهِمُ الشُّفَعَاءُ فَيَأْخُذُ الرَّجُلُ أَنْصَارَهُ فَيُنْبِتَهُمْ-أَوْ قَالَ: يَنْبُتُونَ-فِي نَهَرِ الْحَيَاءِ-أَوْ قَالَ: الْحَيَاةِ-أَوْ قَالَ: الْحَيَوَانِ-أَوْ قَالَ: نَهَرِ الْجَنَّةِ فَيَنْبُتُونَ-نَبَاتَ الحبَّة فِي حَمِيلِ السَّيْلِ". قَالَ: وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَا تَرَوْنَ الشَّجَرَةَ تَكُونُ خَضْرَاءَ، ثُمَّ تَكُونُ صَفْرَاءَ أَوْ قَالَ: تَكُونُ صَفْرَاءَ ثُمَّ تَكُونُ خَضْرَاءَ؟ ". قَالَ: فَقَالَ بَعْضُهُمْ: كَأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ بِالْبَادِيَةِ
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Adiy dari Sulaiman yakni At-Tamimi dari Abu
Nadrah dari Abu Sa'id yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Adapun ahli neraka yang menjadi penghuni tetapnya, maka
mereka tidak mati dan tidak (pula) hidup. Dan orang-orang yang dikehendaki oleh
Allah mendapatkan rahmat (Nya) maka Allah mematikan mereka di dalam neraka, dan
orang-orang yang telah diberi izin untuk memberi syafaat masuk menemui mereka,
kemudian seseorang dari para pemberi syafaat itu mengambil segolongan besar
manusia lalu dia menumbuhkan mereka dengan memasukkan mereka ke dalam sungai
kehidupan, atau ke dalam sungai yang ada di dalam surga, hingga mereka tumbuh
(hidup) kembali sebagaimana biji-bijian yang dibawa oleh banjir tumbuh (di
tepian sungai). Dan perawi melanjutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda
pula: Pernahkah kalian melihat proses tumbuhnya pohon, pada awal
mulanya hijau, kemudian menguning, kemudian hijau kembali? Perawi
melanjutkan, bahwa sebagian di antara mereka mengatakan bahwa Nabi Saw.
menceritakan demikian seakan-akan beliau Saw. pernah berada di daerah
pedalaman.
قَالَ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا، فَإِنَّهُمْ لَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ، وَلَكِنْ أُنَاسٌ-أَوْ كَمَا قَالَ-تُصِيبُهُمُ النَّارُ بِذُنُوبِهِمْ-أَوْ قَالَ: بِخَطَايَاهُمْ-فَيُمِيتُهُمْ إِمَاتَةً، حَتَّى إِذَا صَارُوا فَحْمًا أُذِنَ فِي الشَّفَاعَةِ، فَجِيءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ ضَبَائِرَ، فَنَبَتُوا عَلَى أَنْهَارِ الْجَنَّةِ، فَيُقَالُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، اقْبِضُوا عَلَيْهِمْ. فَيَنْبُتُونَ نَبَاتَ الْحَبَّةِ تَكُونُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ". قَالَ: فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ حِينَئِذٍ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ بِالْبَادِيَةِ.
Imam Ahmad mengatakan pula bahwa
telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Yazid dari Abu Nadrah dari Abu Sa'id
Al-Khudri r.a. yang telah mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda: Adapun ahli neraka yang menjadi penghuni tetapnya maka
sesungguhnya mereka tidak mati di dalamnya dan tidak pula hidup. Berbeda halnya
dengan orang-orang yang dikenai oleh api neraka karena dosa-dosa atau karena
kesalahan-kesalahan mereka; maka Allah mematikan mereka dengan sebenarnya,
hingga manakala mereka telah berubah menjadi arang, diberilah izin untuk
mendapatkan syafaat. Kemudian didatangkanlah mereka serombongan demi
serombongan, lain dimasukkanlah mereka ke dalam sungai-sungai yang ada di dalam
surga. Kemudian dikatakan,
"Hai ahli surga, sambutlah
mereka!", maka mereka tumbuh (hidup) kembali sebagaimana biji-bijian yang
dibawa oleh arus banjir tumbuh. Perawi melanjutkan bahwa seorang lelaki dari kalangan kaum
yang hadir saat itu mengatakan, bahwa seakan-akan Rasulullah Saw. pernah
tinggal di daerah pedalaman. Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui hadis
Bisyr ibnul Mufaddal dan Syu'bah, yang keduanya dari Abu Salamah alias Sa'id
ibnu Yazid dengan teks yang semisal.
رَوَاهُ أَحْمَدُ أَيْضًا عَنْ يَزِيدَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ إِيَاسٍ الْجُرَيْرِيُّ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ أَهْلَ النَّارِ الَّذِينَ لَا يُرِيدُ اللَّهُ إِخْرَاجَهُمْ لَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ، وَإِنَّ أَهْلَ النَّارِ الَّذِينَ يُرِيدُ اللَّهُ إِخْرَاجَهُمْ يُمِيتُهُمْ فِيهَا إِمَاتَةً، حَتَّى يَصِيرُوا فَحْمًا، ثُمَّ يَخْرُجُونَ ضَبَائِرَ فَيُلْقَوْنَ عَلَى أَنْهَارِ الْجَنَّةِ، أَوْ: يُرَشُّ عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْهَارِ الْجَنَّةِ فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الحبَّة فِي حَمِيلِ السَّيْلِ"
Imam Ahmad telah
meriwayatkan pula melalui Yazid dari Sa'id ibnu Iyas Al-Jariri dari AbuNadrah
dari Abu Sa'id dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya ahli
neraka yang tidak akan dikeluarkan oleh Allah, mereka tidak mati di dalamnya
dan tidak pula hidup. Dan sesungguhnya ahli neraka yang dikehendaki oleh Allah
untuk dikeluarkan, maka Allah mematikan mereka dengan sebenarnya hingga tubuh
mereka hangus menjadi arang. Kemudian dikeluarkanlah mereka (dari neraka)
rombongan demi rombongan, lalu dilemparkan ke dalam sungai surga dan mereka
disirami dengan air dari sungai surga, maka mereka tumbuh (hidup) kembali
bagaikan biji-bijian yang dibawa arus banjir tumbuh. Dan sesungguhnya Allah
Swt. telah memberitakan perihal ahli neraka melalui firman-Nya:
وَنادَوْا
يَا مالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنا رَبُّكَ قالَ إِنَّكُمْ ماكِثُونَ
Mereka berseru, "Hai Malik, biarlah
Tuhanmu membunuh kami saja." Dia menjawab, "Kamu akan tetap tinggal
(di neraka ini).” Az-Zukhruf: 77)
Dan firman Allah Swt.:
Dan firman Allah Swt.:
لَا
يُقْضى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذابِها
Mereka tidak
dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka
azabnya.
(Fathir: 36) Dan masih ada lagi
ayat-ayat lain yang semakna dengan ini.
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (14)
وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (15) بَلْ
تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16)
وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (17) إِنَّ
هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَى (18) صُحُفِ
إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى (19)
Sesungguhnya
beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama
Tuhannya, lalu dia salat. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan
duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu)
kitab-kitab Ibrahim dan Musa. Firman Allah
Swt.:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى
“Sesungguhnya
beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)”.
(Al-A’la: 14)
Yakni
menyucikan dirinya dari akhlak-akhlak yang rendah dan mengikuti apa yang
diturunkan oleh Allah Swt. kepada Rasul-Nya, semoga salawat dan salam
terlimpahkan kepadanya. Firman Allah Swt.:
وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى
“dan
dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sala”t. (Al-A'la: 15)
Yakni
dia mendirikan salat tepat pada waktunya masing-masing karena mengharapkan rida
Allah dan taat kepada perintah-Nya serta merealisasikan syariat-Nya.
Sehubungan dengan hal ini Al-Hafizh Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan bahwa:
Sehubungan dengan hal ini Al-Hafizh Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan bahwa:
حَدَّثَنَا
عَبَّادُ بْنُ أَحْمَدَ الْعَرْزَمِيُّ، حَدَّثَنَا عَمِّي مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَطَاءُ بْنُ السَّائِبِ، عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ سَابِطٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى} قَالَ:
"مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَخَلَعَ الْأَنْدَادَ، وَشَهِدَ
أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ"، {وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى} قَالَ:
"هِيَ الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْمُحَافَظَةُ عَلَيْهَا وَالِاهْتِمَامُ
بِهَا"
Telah
menceritakan kepada kami Abbad ibnu Ahmad Al-Azrami, telah menceritakan kepada
kami pamanku Muhammad ibnu Abdur Rahman dari ayahnya dari Ata ibnus Sa’ib dari
Abdur Rahman ibnu Sabit dari Jabir ibnu Abdullah dari Nabi Saw. sehubungan
dengan firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan
diri (dengan beriman). (Al-A'la: 14) Rasulullah Saw. bersabda: Barang
siapa yang mengakui bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan
tidak mengakui adanya sekutu-sekutu (bagi-Nya) dan mengakui bahwa diriku adalah
utusan Allah (itulah makna yang dimaksud oleh ayat). dan dia ingat nama
Tuhannya, lalu dia salat. (Al-A'la: 15) Rasulullah Saw. bersabda: yakni
mengerjakan salat lima waktu dan memeliharanya serta memperhatikannya.
Perawi
mengatakan bahwa tiada yang diriwayatkan melalui Jabir kecuali melalui jalur
ini. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud
dengan salat di sini adalah salat lima waktu. Demikianlah menurut pendapat yang
dipilih oleh Ibnu Jarir. Ibnu Jarir mengatakan bahwa
telah menceritakan kepadanya Amr ibnu Abdul Hamid Al-Aili, telah menceritakan
kepada mereka Marwan ibnu Mu'awiyah dari Abu Khaldah yang telah mengatakan,
bahwa ia masuk menemui Abul Aliyah, lalu Abul Aliyah mengatakan kepadanya.”Jika
besok hari kamu berangkat menuju ke salat hari raya maka mampirlah
kepadaku." Kemudian aku (perawi) mampir kepadanya dan ia berkata,
"Apakah engkau telah makan sesuatu?." Aku menjawab, "Ya."
Ia berkata, "Kalau begitu aku akan menyajikan air minum kepadamu".
Aku menjawab, 'Baiklah." Lalu ia
berkata, "Ceritakanlah kepadaku apa yang telah engkau lakukan terhadap
zakatmu." Aku menjawab, "Aku telah menyalurkannya." Ia berkata,
"Sesungguhnya aku bermaksud menanyakan hal berikut kepadamu,"
kemudian ia membaca firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang
membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat.
(Al-A'la: 14-15)
Dan
ia mengatakan, "Sesungguhnya penduduk Madinah memandang bahwa tiada
sedekah yang lebih baik daripada mengerjakan salat dan memberi minum."
Dan sesungguhnya kami telah meriwayatkan dari Amirul Mu’minin Umar ibnu Abdul Aziz, bahwa dia selalu menganjurkan orang-orang untuk mengeluarkan zakat fitrah dan membaca firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri , (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. (Al-A'la: 14-15) Abul Ahwas' mengatakan bahwa apabila seseorang di antara kamu kedatangan seseorang yang meminta-minta sedangkan dia hendak menunaikan salat, hendaklah dia mendahulukan zakatnya sebelum mengerjakan salatnya, karena sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. (Al-A'la: 14-15) Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini: Sesungguhnya beruntunglah orang yang memberslhkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. (Al-A'la: 14-15) Yakni menzakati harta bendanya dan membuat rida Penciptanya. Kemudian Allah Swt. berfirman:
Dan sesungguhnya kami telah meriwayatkan dari Amirul Mu’minin Umar ibnu Abdul Aziz, bahwa dia selalu menganjurkan orang-orang untuk mengeluarkan zakat fitrah dan membaca firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri , (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. (Al-A'la: 14-15) Abul Ahwas' mengatakan bahwa apabila seseorang di antara kamu kedatangan seseorang yang meminta-minta sedangkan dia hendak menunaikan salat, hendaklah dia mendahulukan zakatnya sebelum mengerjakan salatnya, karena sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. (Al-A'la: 14-15) Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini: Sesungguhnya beruntunglah orang yang memberslhkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. (Al-A'la: 14-15) Yakni menzakati harta bendanya dan membuat rida Penciptanya. Kemudian Allah Swt. berfirman:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ
الدُّنْيَا
“Tetapi
kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi,”
(Al-A'la: 16)
Yakni
kamu lebih mendahulukan kepentingan duniawi daripada kepentingan akhirat, dan
kamu memandangnya sebagai tujuanmu karena di dalamnya terkandung kemanfaatan
dan kemaslahatan kehidupanmu.
وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
“Sedangkan
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (Al-A'la:
17)
Yakni
pahala Allah di negeri akhirat lebih baik dan lebih kekal daripada kesenangan
dunia. Karena sesungguhnya dunia itu pasti akan fana dalam waktu yang singkat,
sedangkan kehidupan akhirat mulia lagi kekal. Maka bagaimana orang yang berakal
bisa lebih memilih hal yang fana atas hal yang kekal, dan lebih mementingkan
hal yang cepat lenyapnya serta berpaling dari memperhatikan negeri yang kekal
dan pahala yang kekal di akhirat.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا ذُوَيد، عَنْ أَبِي
إِسْحَاقَ، عَنْ عُرْوَة، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الدُّنْيَا دَارُ مَنْ لَا دارَ لَهُ، وَمَالُ
مَنْ لَا مَالَ لَهُ، وَلَهَا يَجْمَعُ مَنْ لَا عَقْلَ لَهُ"
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah
menceritakan kepada kami Duraid, dari Abu Ishaq, dari Urwah, dari Aisyah yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Dunia ini adalah rumah
bagi orang yang tidak mempunyai rumah, dan harta bagi orang yang tidak
mempunyai harta, dan karena untuk dunialah orang yang tidak berakal menghimpun
hartanya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Wadih, telah
menceritakan kepada kami Abu Hamzah, dari Ata, dari Urfujah As-Saqafi yang
telah mengatakan bahwa ia belajar mengenai firman Allah Swt. di bawah ini dari
Ibnu Mas'ud. Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1)
ketika bacaannya sampai pada firman-Nya: Tetapi kamu (orang-orang
kafir) memilih kehidupan duniawi. (Al-A'la: 16)
Maka
Ibnu Mas'ud meninggalkan bacaannya, lalu menghadap kepada murid-muridnya dan
berkata, "Kita lebih memilih dunia daripada akhirat." Kaum yang hadir
terdiam, dan Ibnu Mas'ud kembali berkata, "Kita telah memilih dunia,
karena kita melihat perhiasannya, wanita-wanitanya, makanan dan minumannya
sedangkan kepentingan akhirat kita dikesampingkan. Maka berarti kita memilih
kehidupan yang segera ini dan kita tinggalkan kehidupan akhirat kita." Hal
ini yang keluar dari Ibnu Mas'ud r.a. merupakan ungkapan tawadu' (rendah
diri)nya, atau barangkali dia hanya mengungkapkan tentang jenis keduanya
semata-mata; hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الْهَاشِمِيُّ، حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ أَبِي عَمْرٍو، عَنِ
الْمُطَّلِبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ: أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مِنْ أَحَبِّ
دُنْيَاهُ أَضَرَّ بِآخِرَتِهِ، ومَن أَحَبَّ آخِرَتَهُ أَضَرَّ بِدُنْيَاهُ،
فَآثِرُوا مَا يبقَى عَلَى مَا يَفْنَى"
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud Al-Hasyimi,
telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku
Amr ibnu Abu Amr, dari Al-Muttalib ibnu Abdullah, dari Abu Musa Al-Asy'ari,
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang mencintai
dunianya, berarti merugikan akhiratnya; dan barang siapa yang mencintai
akhiratnya, berarti merugikan dunianya. Maka utamakanlah apa yang kekal di
atas apa yang fana. Imam Ahmad meriwayatkan hadis
ini secara munfarid. Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari Abu Salamah
Al-Khuza'i, dari Ad-Darawardi, dari Amr ibnu Abu Amr dengan lafaz dan sanad
yang semisal. Firman Allah Swt.:
إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الأولَى
صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى
“Sesungguhnya
ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab
Ibrahim dan Musa”. (Al-A'la: 18-19)
قَالَ الحافظ أبو
بكر البزار: حَدَّثَنَا
نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا مُعتمر بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِيهِ عَنْ
عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ عِكْرِمة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا
نَزَلَتْ: {إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الأولَى صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى}
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَانَ كُلُّ
هَذَا-أَوْ: كَانَ هَذَا-فِي صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى"
Al-Hafiz
Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali,
telah menceritakan kepada kami Ma'mar ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Ata
ibnus Sa’ib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika ayat
ini diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: Sesungguhnya ini benar-benar
terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa.
(Al-A'la: 18-19) Maka Nabi Saw. bersabda: Adalah semuanya ini atau
adalah hal ini terdapat di dalam kitab-kitab Ibrahim dan Musa.
Kemudian
Al-Bazzar mengatakan bahwa ia tidak mengetahui ada sanad yang lebih kuat dari
Ata ibnus Sa’ib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas selain sanad ini dan hadis lainnya
yang diriwayatkan semisal dengan sanad ini.
قَالَ
النَّسَائِيُّ: أَخْبَرَنَا زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى، أَخْبَرَنَا نَصْرُ بْنُ
عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ عَطَاءِ
بْنِ السَّائِبِ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ
{سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى} قَالَ: كُلُّهَا فِي صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ
وَمُوسَى، فَلَمَّا نَزَلَتْ: {وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى} [النَّجْمِ:37]
قَالَ: وفَّى {أَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى}
Imam
Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Yahya, telah
menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami
Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Ata ibnus Sa’ib, dari Ikrimah,
dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Sucikanlah
nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka Nabi Saw. bersabda,
bahwa semuanya itu terdapat di dalam lembaran-lembaran Ibrahim dan Musa. Dan
ketika firman-Nya diturunkan, yaitu: dan lembaran-lembaran Ibrahim yang
selain menyempurnakan janji. (An-Najm: 37) Nabi Saw. bersabda, bahwa
Ibrahim telah menyempurnakan janji. (yaitu) bahwasanya seorang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (An-Najm: 38)
Ayat ini semakna dengan firman-Nya yang terdapat di dalam surat An-Najm, yaitu:
Ayat ini semakna dengan firman-Nya yang terdapat di dalam surat An-Najm, yaitu:
أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِما فِي
صُحُفِ مُوسى وَإِبْراهِيمَ الَّذِي وَفَّى أَلَّا تَزِرُ وازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرى
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسانِ إِلَّا مَا سَعى وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرى ثُمَّ
يُجْزاهُ الْجَزاءَ الْأَوْفى وَأَنَّ إِلى رَبِّكَ الْمُنْتَهى
Ataukah
belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan
lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (Yaitu) bahwasanya
seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang
manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya
usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan
kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah
kesudahan (segala sesuatu). (An-Najm: 36-42)
Hal
yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir, dari Ibnu Humaid, dari Mahran, dari Sufyan As-Sauri, dari ayahnya, dari
Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya ini
benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu. (yaitu) kitab-kitab Ibrahim
dan Musa. (Al-A'la: 18-19) Bahwa makna yang dimaksud ialah semua ayat yang
terdapat di dalam surat Al-A'la. Abul Aliyah mengatakan bahwa kisah dalam surat
ini terdapat di dalam lembaran-lembaran terdahulu.
Ibnu
Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud oleh
firman-Nya, "Inna haza " (Sesungguhnya ini)
ditujukan kepada firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang
membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia
salat. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedangkan
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Al-A'la: 14-17) Kemudian Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya
ini. (Al-A'la: 18) Yakni kandungan makna ayat-ayat sebelumnya itu. benar-benar
terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa.
(Al-A'la: 18-19) Apa yang dipilih oleh
Ibnu Jarir ini baik lagi kuat. Telah diriwayatkan juga hal yang semisal dari
Qatadah dan Ibnu Zaid. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
6. Penutup
Surat Al A'la mengemukakan sifat-sifat Allah swt. dan salah
satu sifat Nabi Muhammad saw. dan orang-orang yang akan mendapat kebahagiaan di
akhirat.
Hubungan Surat Ini Dengan Surat Al-Ghasiyah.
Pada
surat Al A'la diterangkan secara umum tentang orang yang beriman, orang yang
kafir, surga dan neraka. Kemudian dalam surat All-Ghasiyyah dikemukakan kembali
dengan cara yang lebih luas.
آخِرُ تَفْسِيرِ
سورة "سبح" ولله الحمد والمنة.
Demikianlah akhir tafsir surat Al-A'la dengan
memanjatkan puji dan syukur kepada Allah atas semua karunia-Nya, dan hanya
kepada-Nyalah kita memohon taufik dan pemeliharaan
No comments:
Post a Comment